Connect with us

KESEHATAN

Suatu Kekurangan EDUKASI Seks di INDONESIA

DetikAkurat.com – Jakarta, Edukasi seks di Indonesia sangat rendah dan di anggap sebagai hal yang tabu. Penjelasan seputar sistem reproduksi sering disalah artikan sebagai bentuk legitimasi atas seks bebas.  Informasi seputar kesehatan reproduksi hanya di dapatkan di bangku sekolah saja, Namun banyak informasi seputar kesehatan reproduksi yang tidak tersampaikan secara maksimal .  ” ORangtua tidak pernah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seksual dengan canggung dan tidak ingin di pandang negatif oleh seorang anak,” ujar seorang Koordinator Yayasan AIDS Indonesia Andrian Yuliyanto saat ditemui di kawasan Bundaran Hotel Indonesia.

Kurangnya Informasi seputar seksual membuat orang mencari tahu sendiri dengan cara yang salah. Mereka bereksplorasi dengan beberapa cara dan akan terjebak dalam aktivitas seksual berisiko. Akibatnya, penyakit menular seksual, salah satunya HIV/AIDS, mengintai mereka. “Edukasi tentang seks dan penanggulangan HIV / AIDS sangat di perlu supaya masyarakat lebih harus berhati-hati,” ucap Dr.Boyke.

Selain mencegah terjangkitnya HIV, Informasi dasar seputar HIV/AIDS juga perlu di sampaikan agar stigma seputar ODHA ( Orang dengan HIV AIDS) terhapuskan. “Tanpa infromasi dasar, masyarakat akan mengucilkan penderita,” tutur Andrian.

Mengucilkan penderita berarti meningkatkan potensi kematian pada mereka. Menurut bidan yang menangani anak dengan HIV/AIDS Ropina Tarigan, cemooh masyarakat membuat para ODHA tidak semangat menjalani hidup. “Mereka akan pikir, ‘untuk apa saya hidup?’. Lebih baik mati,” cetus perempuan yang akrab disapa Bidan Vina tersebut.

Ketika pasien tertekan dan kehilangan semangat hidup, mereka akan menghentikan pengobatan yang wajib dilakukan seperti mengonsumsi ARV (antiretroviral). “Kalau minum obat secara disiplin, mereka bisa hidup normal seperti kita. Sebaliknya, jika mereka enggan minum obat maka tubuh lebih rawan terjangkit virus,” urainya.

Virus-virus tersebut akan berkembang dengan pesat dan menyerang organ tubuh mereka. Misalnya, mata, paru-paru, liver, dan lain-lain. “Risiko kematian pun akan meningkat,” tambah Bidan Vina.

Untuk menghindari hal itu, Yayasan AIDS Indonesia secara konsisten terus mengedukasi masyarakat.  Mengucilkan penderita berarti meningkatkan potensi kematian pada mereka. Menurut bidan yang menangani anak dengan HIV/AIDS Ropina Tarigan, cemooh masyarakat membuat para ODHA tidak semangat menjalani hidup. “Mereka akan pikir, ‘untuk apa saya hidup?’. Lebih baik mati,” cetus perempuan yang akrab disapa Bidan Vina tersebut.

Ketika pasien tertekan dan kehilangan semangat hidup, mereka akan menghentikan pengobatan yang wajib dilakukan seperti mengonsumsi ARV (antiretroviral). “Kalau minum obat secara disiplin, mereka bisa hidup normal seperti kita. Sebaliknya, jika mereka enggan minum obat maka tubuh lebih rawan terjangkit virus,” urainya.

Virus-virus tersebut akan berkembang dengan pesat dan menyerang organ tubuh mereka. Misalnya, mata, paru-paru, liver, dan lain-lain. “Risiko kematian pun akan meningkat,” tambah Bidan Vina.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in KESEHATAN