Connect with us

BISNIS

“New Normal di Indonesia, Apa yang Akan Terjadi?”

Detikakurat.com –  Jakarta, Gambaran dan kebijakan pemerintah dalam menyesuaikan perekonomian di masa Coronavirus Disease atau Covid-19 mulai didengungkan dengan hadirnya kebijakan “New Normal”.

Dimulai dengan Presiden Joko Widodo meninjau MARTI dan pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat, untuk melihat kesiapan New Normal. Bahkan, Jokowi mengisyaratkan Indonesia mulai bersiap-siap untuk memulai awal kembalinya kehidupan ekonomi menuju normal.

“Kita ingin sekali masuk ke normal baru. Masuk ketatanan baru dan kita ingin muncul kesadaran yang kuat, kedisiplinan yang kuat. Kita ingin tetap produktif, tapi aman Covid-19 19. Produktif tapi aman Covid-19, ini yang kita inginkan” bunyi pernyatan Jokowi.

Namun, jika menilik kasus Covid-19 masih menunjukan kurva naik di Tanah Air, memunculkan pertanyaan kenapa program kebijakan pemerintah ini harus dilakukan? Kenapa pemerintah kita ingin new normal ini diterapkan?

Jawabannya, kita mengetahui saat ini perekonomian dunia bahkan Indonesia mengalami banyak penurunan yang disebabkan karena Covid-19. Bahkan pada kuartal pertama 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen saja, dan bahkan diprediksi pada kuartal kedua akan turun lagi.

Jika hal ini dibiarkan maka perekonomian akan mengalami krisis, mengingat PSBB diterapkan di sebagian besar wilayah poros ekonomi utama di Indonesia, Jakarta dan Surabaya, sepanjang bulan April dan Mei 2020.

PSBB tentu berpengaruh besar pada konsumsi rumah tangga, masyarakat yang berhenti bekerja berdampak pada sektor ekonomi lainnya seperti Mall, rapat-rapat di luar kantor, ke bioskop, beli rumah, tanah, rekreasi, dan lain-lain.

Pengeluaran rumah tangga inilah yang berdampak besar dan sangat berpengaruh besar pada perekonomian tanah air. Sebab, sumbangsihnya bisa mencapai 58,14 persen dalam PDB kuartal satu di Indonesia. Namun, di masa pandemi Covid-19, konsumsi rumah tangga ini anjlok hingga 2,84 persen, padahal biasanya berada di kisaran 5 persen.

Kondisi yang sama juga berlaku untuk impor, yang mengalami minus 17,7 persen pada kuartal pertama 2020. Padahal impor bahan baku sangat penting untuk menggerakan ekonomi di dalam negeri, sebagai penggerak sektor manufaktur dan juga perdagangan.

Untuk diketahui, industri perdagangan dapat mendongkrak perekonomian Indonesia, data PDB, pada kuartal pertama perdagangan menempati posisi kedua. Sektor ini hanya kalah dari industri pengolahan dan pertanian yang menempati posisi, tiga.

Tetapi, dampak dari adanya Covid-19 dan diberlakukan PSBB menjadikan perdagangan menjadi turun. Disini pertumbuhan sektor perdagangan hanya bisa tumbuh 1,6 persen.

Jika dilihat dari nilai nominal konsumsi rumah tangga dan perdagangan pada kuartal pertama 2020, baru pertama kali ini mengalami penurunan sejak tahun 2017 lalu (data BPS).

Maka jika dilihat dari pernyataan Presiden Joko Widodo, kebijakan yang diambil pemerintah ini, tak lain dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian di Indonesia. Namun, di sisi lain, kebijakan new normal dikhawatirkan akan makin banyak masyarakat yang tertular Covid-19.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in BISNIS