Connect with us

NEWS

VIRAL Nisan Salib Dipotong di Makam Purbayan

viral-nisan-salib-dipotong-di-makam-purbayan

Detik Akurat – Nisan salib yang ada di makam seorang warga bernama Albertus Slamet Sugihardi dipotong bagian atas oleh para warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede. Foto nisan salib yang sudah dipotong itu kemudian viral di media sosial.

Bejo Mulyono yang dianggap sebagai salah satu “tokoh masyarakat” Purbayan mengatakan bahwa almarhum Slamet dan keluarganya sebenarnya orang yang aktif mengikuti kegiatan warga seperti arisan, ronda, dan sebagainya.

Slamet bahkan bersedia menjadi pelatih paduan suara ibu-ibu Muslim di lingkungan Purbayan. Walau begitu, Ia mengatakan bahwa pemotongan salib tersebut sudah menjadi “kesepakatan” antara warga, keluarga almarhum, tokoh agama dan para tokoh masyarakat.

Menurut Bejo, lingkungan disana tidak memperbolehkan adanya simbol agama Nasrani di makam.

“Artinya khusus yang makam itu saja. Meski belum resmi, tapi itu akan dijadikan makam para muslim. Kemarin karena darurat, diperbolehkan, asal makam almarhum Slamet dipinggirkan dan tidak ada simbol Nasrani karena di sini mayoritasnya semua Islam,” ujar Bejo.

“Pemotongan salib itu dilakukan setelah almarhum Slamet dimakamkan pada hari Senin (17/12/18). Pelaku pemotong salibnya adalah warga yang ikut melayat setelah adanya “kesepakatan” yang dibuat oleh warga setempat dan keluarga almarhum,”ungkapnya.

Surat kesepakatan yang ditunjukkan oleh Bejo dibuat oleh istri almarhum, Maria Sutris Winarni. Dalam pernyataan itu, Ia menuliskan bahwa sudah ikhlas dan menerima jika simbol agama di makam suaminya dipotong oleh warga setempat. Surat itu telah ditandatangani Maria di atas materai tertanggal hari ini, berjejeran dengan tanda tangan Bejo dan Soleh Rahmad Hidayat selaku Ketua RT 53.

“Keluarga bisa menerima dan tidak ada masalah. Mungkin yang memviralkan itu pastinya di luar keluarga,” ujarnya.

Selain melarang adanya simbol agama di luar Islam, warga kampung juga turut melarang adanya ibadah pemakaman secara Katolik di lokasi pemakaman dan juga di rumah almarhum.

Bejo menyebutkan bahwa pemotongan salib dan larangan ibadah pemakaman itu dilakukan untuk “menghindari konflik.” Bejo juga menyatakan bahwa rumah Slamet pernah didatangi oleh warga karena menggelar sembahyang lingkungan.

Bejo mengaku saat itu ia mencoba meredakan amarah warga dan meminta warga Katolik untuk tidak menggelar sembahyang di kampung lagi. Mantan Ketua RW ini menolak apabila warganya disebut dengan sebuatan “intoleran”. Menurutnya, mereka sudah cukup memberikan toleransi dengan tetap memperbolehkan Slamet dimakamkan di tempat yang 99 persennya adalah mayoritas umat Islam.

“Ya monggo kalau di sebut seperti itu. Yang jelas kesepakatannya memang sudah seperti itu. Kami sebagai pelaksana dan pengurus minta seperti itu ya kami hanya akan ikuti saja. Kami sudah cukup memberikan toleransi,” ujar Bejo.

( Detik Akurat )

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in NEWS