Connect with us

TRAVEL

Mata Air yang Tidak Pernah Kering di Bantul

Detik Akurat – Tempat wisata di Bantul tak cuma soal keindahan alam saja. Main ke sebuah dusun, ada mata air yang tak pernah kering, Sendang Bengkung. Kok bisa?

Kecamatan Dlingo menyimpan beraneka jenis tempat wisata, salah satunya adalah tempat wisata minat khusus bernama Sendang Bengkung. Konon, terbentuknya Sendang Bengkung karena Sultan Agung menancapkan tongkat di tebing batu hingga munculah sumber air dari tebing tersebut.

Selain itu, hingga saat ini sumber air itu terus mengeluarkan air dan tidak pernah kering meski saat ini memasuki musim kemarau.

Berada di Dusun Cempluk, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Sendang Bengkung dapat dicapai dengan melakukan perjalanan darat sejauh 20 kilometer dari jantung Kota Yogyakarta. Untuk rutenya sendiri terbilang mudah, pengunjung hanya perlu mengikuti jalur menuju ke Puncak Becici.

Nantinya, sebelum Kantor Koperasi Noto Wono atau bangunan joglo yang berada di pinggir jalan pengunjung harap berbelok kiri menuju jalan cor blok. Namun, jalur yang dilalui cukup terjal dengan kontur naik turun.

Menyusuri jalan tersebut, pengunjung akan mendapati anak tangga yang menjulang ke atas di kanan jalan. Di samping anak tangga itu terdapat pula papan bertuliskan ‘Pertapaan Petilasan Sultan Agung’.

Setelah memarkirkan kendaraan di sekitar jalan itu, pengunjung harus menapaki puluhan anak tangga hingga sampai di sebuah pelataran yang terdapat dua pendopo, satu berukuran kecil dan satu lagi berbentuk memanjang.

Perjalanan belum usai, pengunjung masih harus berjalan menyusuri hutan lindung sejauh ratusan meter. Meski sedikit menguras tenaga, namun mata pengunjung akan dimanjakan dengan banyaknya pepohonan dan tumbuhan di pinggir jalan setapak.

Berjalan kaki sekitar 10 menit, wisatawan akan mendapati sebuah bangunan yang berada di bawah tebing batu yang dikelilingi pagar besi. Di balik pagar terdengar gemericik air yang ternyata berasal dari dalam sebuah pintu pada bangunan tersebut.

Juru kunci Sendang Bengkung, Suratman (54) menjelaskan, bahwa terbentuknya sumber mata air itu berhubungan dengan berdirinya makam raja-raja Imogiri, Bantul. Di mana saat itu Sultan Agung tengah mencari sumber air untuk dialirkan ke makam raja-raja Imogiri.

“Jadi Sultan Agung dulu memiliki permintaan untuk dimakamkan di Mekkah. Akhirnya Sultan Agung ke Mekkah untuk meminta izin, tapi keinginannya tidak diizinkan Raja (di Mekkah),” katanya.

“Akhirnya Raja (di Mekkah) membungkuskan tanah atau siti arum, tanah itu dilempar dan Sultan Agung diminta untuk mencari di mana lokasi tanah itu jatuh, lokasi jatuhnya tanah itu adalah penanda lokasi tempat pemakaman Sultan Agung,” imbuh Suratman.

Lanjutnya, dengan menggunakan mata hatinya Sultan Agung menemukan keberadaan siti arum di Imogiri. Setelah menemukan siti arum, Sultan Agung berkeliling ke sekitar lokasi penemuan bersama abdinya.

“Sampai di sini (Sendang Bengkung) Sultan Agung mau wudhu, dan karena tidak ada air, Sultan Agung lalu menancapkan tongkat miliknya di bawah batu. Akhirnya dari bawah batu itu keluar air,” ucapnya.

Lebih lanjut, air yang keluar dari bawah batu itu akhirnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di makam raja-raja Imogiri. Mengingat saat itu tidak ada sumber air di sekitar makam-makam raja Imogiri.

“Jadi air itu yang digunakan untuk (memenuhi kebutuhan air di) makam raja-raja di Imogiri dengan cara dialirkan dari sini (Sendang Bengkung),” katanya.

Sedangkan nama Bengkung sendiri, menurut Suratman berasal dari kata Jawa yakni ambeg dan manekung, yakni posisi seseorang saat memanjatkan doa kepada Tuhan. Mengingat banyak orang termasuk para pendahulu yang bertapa dan berdoa di tempat tersebut.

“Terus tahun 1926 sampai 1930 mulailah dibuat bangunan itu, yang mahat tebing batu itu adalah cucu juru kunci pertama sekaligus mbah saya bernama Amad Rejo. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di makam raja-raja Imogiri, air di sumber itu dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari,” ucap Suratman.

“Jadi dulu mbah Amad Rejo yang meminta izin dengan Kraton (Ngayogyakarta Hadiningrat) agar anak cucunya bisa memanfaatkan air dari sumber itu untuk kebutuhan sehari-hari, tapi hanya untuk anak cucunya di Dusun Cempluk ini saja,” ucapnya.

“Apalagi air dari sumber mata air itu (Sendang Bengkung) selalu mengalir dan tidak pernah yang namanya kering meski musim kemarau,” sambungnya.

Suratman menuturkan, bahwa tidak sedikit orang-orang yang datang ke Sendang Bengkung untuk sekadar berkunjung atau mengambil air dari sumber tersebut untuk tujuan tertentu. Pasalnya, beberapa orang percaya air itu bertuah.

“Ya banyak mas kalau (orang-orang) yang ke sini, biasanya kalau punya hajatan pada ke sini memanjatkan doa, ada juga yang sampai mandi (menggunakan air dari Sendang Bengkung),” ujarnya.

Terpisah, Ketua Koperasi Noto Wono, selaku pengelola 11 obyek wisata alam di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Purwo Harsono mengatakan saat ini pihaknya tengah berupaya untuk memperbaiki jalur menuju ke Sendang Bengkung. Selain itu, pihaknya juga tengah memperbaiki jalan dan membangun fasilitas di sekitaran Sendang tersebut.

“Saat ini (Sendang Bengkung) mulai dikembangkan, mulai dari pembangunan musala dan memperbaiki jalur yang naik itu (jalan setapak menuju Sendang Bengkung),” ujarnya.

Terkait akan mengembangkan Sendang Bengkung sebagai tempat wisata, pria yang kerap disapa Ipung menyebut Sendang Bengkung bukanlah tempat wisata seperti Puncak Becici. Mengingat Sendang Bengkung adalah salah satu tempat spiritual.

“Lebih ke minat khusus kalau Sendang Bengkung ini, dan yang jelas bukan (tempat) untuk kunjungan publik (terbuka untuk semua orang),” ujar Ipung.

Baca Juga:

Menyusuri Jejak Perang Dunia II di Tambrauw
Rawon Merah Tanpa Keluwak Khas Sumenep

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in TRAVEL