Detik Akurat -Muhammad Aris, pelaku perkosaan 9 anak di bawah umur di Mojokerto, akan dihukum dengan pengebirian.
Sebelumnya, pria berusia 21 tahun ini dihukum oleh Pengadilan Distrik pada 2 Mei 2019. Aris dijatuhi hukuman 12 tahun penjara dan pengebirian.
Aris secara singkat mengajukan banding, tetapi ditolak. Kasusnya dinilai memiliki kekuatan hukum dan ia segera dikebiri.
“Banding telah dikeluarkan, memperkuat putusan kami. Kasus ini memiliki kekuatan hukum permanen sejak 8 Agustus. Saya telah memerintahkan eksekusi segera. Kami sedang mencari dokter di sebelah kiri Anda,” kata presiden pengadilan, Mojokerto, Rudy Hartono.
Predator seksual anak-anak ini akan dihukum dengan pengebirian setelah menerima suntikan kimia. Itu akan membuatnya tidak bisa ereksi seumur hidup.
Diluncurkan dari The Sun, pengebirian kimia adalah pengebirian melalui obat antiandrogen, baik untuk mengurangi libido dan aktivitas seksual dan untuk mengobati kanker prostat.
Tidak seperti pengebirian bedah, proses pengebirian dengan injeksi kimia tidak menghilangkan organ vital dan bentuk sterilisasi.
Leuprorelin, salah satu obat pengebirian kimia ini, digunakan untuk mengobati kesulitan dalam mengendalikan gairah seksual, fantasi atau desakan, kelainan seksual, sadisme atau kecenderungan “berbahaya” lainnya.
Obat lain yang digunakan dalam pengebirian kimia termasuk medroksiprogesteron asetat, siproteron asetat dan LHRH yang mengurangi testosteron dan estradiol.
Adapun beberapa efek samping dari pengebirian kimia, sangat beragam, dan bisa berakibat fatal dan kondisi di mana pria dapat mengalami ginekomastia, juga dikenal sebagai pertumbuhan kelenjar susu.
Baik pria maupun wanita yang mengalami pengebirian kimia dapat mengalami pengurangan massa otot dan massa lemak tubuh yang lebih besar serta tulang yang melemah.
Bahkan dalam jangka panjang, pengebirian bahan kimia ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan osteoporosis.
Peluncuran hellosehat.com, pengebirian kimia juga mempercepat metabolisme alami testosteron, yang mengubah efek hormon dalam tubuh dan memengaruhi pelepasan kelenjar pituitari dari prekursor hormon untuk produksi testosteron.
Meski begitu, efek dari pengebirian kimia ini juga dapat hilang seiring waktu setelah menghentikan perawatan.
